6.26.2009

LAHAN BASAH : RAWA, PANTAI DAN DAMIT (Kalimantan Selatan)

Kalimantan... jika berbicara tentang pulau yang satu ini yang pertama kali ada di benak kita adalah hutan dan rawa. Ya! Kalimantan adalah pulau yang kaya akan Sumber Daya alam hayatinya. Luas pulau Kalimantan adalah 743.330 km². Propinsi Kalimantan Selatan secara geografis terletak di antara 114 19" 33" BT-116 33' 28 BT dan 1 21' 49" LS 1 10" 14" LS, dengan luas wilayah 37.377,53 km² atau hanya 6,98 persen dari luas pulau Kalimantan, dengan jumlah penduduk 3.563.560 orang pada tahun 2007. Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan tahun 2007 wilayah Kalsel memiliki lahan kering seluas 1.780.864 Ha dan sisanya merupakan lahan basah seluas 1.917.686 Ha. Dengan luas wilayah dan jumlah penduduk seperti itu, merupakan satu potensi yang besar jika lahan Kalimantan Selatan, terutama lahan basahnya dikelola dan dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan perekonomian terutama di sektor pertanian dan perkebunan secara umum. Oleh sebab itulah, Universitas Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan memfokuskan pada penelitian dan pengembangan lahan basah yang didalamnya terdapat potensi besar jika dikembangkan lebih lanjut.
Pada tanggal 8-10 Juni 2007 Mahasiswa mata kuliah Pengenalan Lingkungan Lahan Basah mengadakan praktikum lapang ke 3 tempat, yakni Rawa Gambut km 17, Pantai Pagatan Besar dan Daerah tangkapan air Damit. Tujuannya adalah untuk mengetahui secara langsung contoh lahan basah yang ada di Kalimantan Selatan serta menggali potensi yang ada di dalamnya.

First destination is Gambut...

Lahan rawa gambut adalah lahan rawa yang didominasi oleh tanah gambut yang digenangi air. Lahan ini mempunyai fungsi hidrologi dan lingkungan bagi kehidupan. Namun sungguh disayangkan, lahan gambut yang kami kunjungi merupakan lahan yang terbengkalai akibat reklamasi yang tidak bertanggung jawab. Reklamasi tersebut dapat membawa dampak negatif, salah satunya adalah memungkinkan terjadinya migrasi nyamuk ke daerah pemukiman penduduk, sehingga dikhawatirkan penduduk akan terserang berbagai penyakit akibat nyamuk, diantaranya adalah malaria dan demam berdarah. Dampak lain adalah timbulnya kabut asap akibat pembakaran lahan. Jika pembakaran dilakukan besar-besaran, tidak hanya merusak ekosistem rawa tetapi juga menimbulkan kabut asap yang dapat mengganggu penglihatan dan juga pernafasan. Sesungguhnya Daerah Rawa gambut ini memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan. Sebagai seorang mahasiswa farmasi saya mencoba memandang dari kacamata farmasis bahwa ternyata terdapat tanaman yang berkhasiat obat dan tumbuh subur di daerah ini. Tanaman tersebut adalah karamunting (antidiabetes, antidiare) dan teratai (mengobati diare, disentri, mual muntah, keputihan, malabsorpsi, susah tidur, demam, jantung berdebar, dll), selain itu terdapat tumbuhan galam, paku-pakuan dan purun tikus. Purun tikus merupakan suatu indikator yang membuktikan bahwa lahan gambut bersifat sulfat masam. Hal ini terbukti setelah dilakukan pengukuran pada 3 stasiun yang berbeda, masing-masing pH tanahnya adalah 5,8; 6,3; dan <3,5. Sedangkan pH airnya adalah 5,5; 5,1; dan 5. Kelembaban tanah 60%; 59% dan 100% dan warna air tampak coklat kehijauan. Warna hijau disebabkan karena adanya plankton dalam air tersebut yang telah kami buktikan dengan pengamatan mikroskop. Plankton terlihat seperti benang yang pendek.. Fauna yang dijumpai yaitu ikan, serangga air, belalang, berudu, nyamuk, dll.

Second destination is Pantai...


Pantai adalah sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir, dan terdapat di daerah pesisir laut. Daerah pantai menjadi batas antara daratan dan perairan laut. Salah satu pantai yang terkenal di Kalimantan Selatan adalah pantai Pagatan, terletak di Kabupaten Tanah Bumbu dengan koordinat 3o47’54,26” LS dan 114o36’20,33” BT. Observasi dilakukan dengan menyisiri pantai kurang lebih sejauh 1-2 km. Sepanjang perjalanan di tepi pantai ada beberapa hal yang nyata terlihat, yakni air yang berwarna coklat keruh keabuan, adanya sedimen lumpur di sepanjang pantai yang berasal dari muara sungai, tumbuhan mangrove banyak yang rusak, baik secara alami maupun hasil ulah manusia. Selain itu sering didapati ikan yang mati dan sampah di sepanjang pesisir pantai Pagatan. Air laut pantai Pagatan diperkirakan telah dicemari logam berat dan pencemar lain yang berasal dari industri-industri disekitar kawasan pantai. Pengukuran pH tanah pada 3 stasiun menunjukkan angka 6,8; 5,2; dan 5,6 (asam). Sedangkan pH airnya antara 7-9. Suhu air berkisar 28-30 oC.
Disana ditemui berbagai tumbuhan yang khas dan jarang ditemukan di daerah lain, namun menurut informasi dari penduduk sekitar yang kami wawancara tumbuhan tersebut jarang dimanfaatkan dan hanya dibiarkan begitu saja. Jika dimanfaatkan tumbuhan tersebut dijadikan sebagai sayur untuk pelengkap lauk makan. Tumbuhan yang ada disana antara lain: jarak, jangkang, banglai, andi-andi, bakung dan mangrove. Padahal tumbuhan tersebut menyimpan khasiat sebagi obat. Misalnya saja jarak, tumbuhan ini diambil buahnya dan digunakan untuk mengobati perut kembung, konstipasi, asma, dan berbagai penyakit kulit seperti koreng, bisul dan luka bakar. Sedangkan tumbuhan Mangrove menyimpan manfaat besar selain sebagai pertahanan abrasi pantai, juga dapat sebagai sumber bahan obat-obatan. Beberapa jenis mangrove mengandung bahan aktif yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit, misalnya sebagai obat pelangsing, anti mencret dan anti muntah. Cacahan kayunya jika ditempelkan pada luka yang baru, dapat menghentikan pendarahan. Lebih jauh, daun mudanya yang masih segar bilamana dikunyah dapat berguna sebagai homeostasi dan antiseptik.
Parahnya abrasi pada kawasan pantai Pagatan menyebabkan intrusi air laut ke sumber-sumber air masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, salinitas air warga menjadi tinggi dan tidak layak minum sehingga warga harus membeli air yang berasal dari mata air di gunung. Karena keadaan air yang payau tersebut serta adanya pencemaran membuat masyarakat sering terkena penyakit, terutama penyakit kulit dan saluran pencernaan (diare). Namun sejauh ini tidak terlampau berbahaya. Pada daerah Pantai Pagatan terdapat 1 buah Puskesmas kecamatan dan 1 puskesmas bantuan yang digunakan masyarakat apabila mengalami gangguan kesehatan. Namun berdasarkan keterangan warga tidak ada dokter yang bertugas setiap hari disana atau seorang apoteker yang mengelola apotik. Dokter hanya dating tiap minggu, sedang pada hari biasa hanya ditangani oleh seorang bidan. Hal ini sungguh jauh dari kelayakan dan standar mutu pelayanan kesehatan. Untuk mengatasi masalah ini perlu perhatian pemerintah untuk menambah jumlah tenaga medis dan pentingnya dilakukan penyuluhan mengenai kesehatan meliputi pola hidup sehat, pencegahan dan penanganan penyakit serta informasi mengenai penggunaan obat yang rasional.

Final destination is Damit...

Terletak di Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut. Pada koordinat 3o45’35,09” LS dan 114o54’02,87” BT. Damit merupakan salah satu daerah tangkapan air yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat sekitar yang bergantung akan sumber pengairan dari Damit. Tanaman yang dominan adalah padi dan palawija : timun, tomat, kacang panjang, jagung. Terdapat pula tumbuhan lain seperti rumput remason, singkong, tebu, kangkung, dan karet. Selain rumput remason dan karet semua tanaman tersebut digunakan sebagai sumber makanan yang kaya akan karbohidrat dan protein nabati. Tebu merupakan sumber glukosa. Singkong bisa sebagai obat antidiabetes dan sumber serat. Rumput remason dapat digunakan sebagai obat gosok. Efek farmakologis tanaman kangkung adalah sebagai antiracun (antitoksik), antiradang, peluruh kencing (diuretik), menghentikan perdarahan (hemostatik), sedatif (obat tidur). Kangkung juga bersifat menyejukkan dan menenangkan.
Mengenai daerah tangkapan air sendiri masih terlihat pembangunan. Pendistribusian air belum berjalan lancar, sebab masyarakat mengeluhkan kekeringan pada musim kemarau. Jika demikian masyarakat hanya bisa menanami lahan mereka dengan palawija, sebab padi tidak akan tumbuh dengan baik dan pencaharian mereka pun berkurang. Pengontrolan air yang kurang baik juga dapat menyebabkan genangan-genangan air yang berpotensi sebagai habitat nyamuk. Gundulnya hutan akibat penebangan juga mengganggu siklus hidrologi dimana berkuranya penyimpan air sehingga dapat berpotensi terjadinya banjir.

Sumber air yang berasal dari damit hanya dimanfaatkan untuk pengairan, sedangkan sumber air minum dan kegiatan lain berasal dari sumur galian. Pola penyakit yang sering muncul adalah penyakit kulit, diare, pusing dan mialgia. Untuk mengobati masyarakat cenderung ke puskesmas dan tidak pernah menggunakan obat-obatan tradisional disekitar tempat tinggal mereka. Hal ini sangat disayangkan, sebab daerah damit memiliki potensi tumbuhan obat yang cukup besar.

Mina Laila Agustina, J1E106014, Kelompok 16

No comments:

Post a Comment